Kemunculan new window browser justru akan mengganggu keseimbangan dalam penggunaan aplikasi web. Dengan memunculkan window browser baru, maka developer telah merenggut kebebasan pengguna untuk mengklik tombol back. Tombol back pada new window secara otomatis akan menjadi disable karena memang tidak ada halaman sebelumnya. Ini tidak sesuai prinsip dasar aplikasi web konvensional yang seharusnya mengedepankan “navigation-based”. Tombol back seharusnya menjadi lifeline dan pegangan yang menenangkan pengguna “oh saya bisa santai karena apapun yang saya klik, saya akan bisa kembali ke halaman sebelumnya”, namun dengan munculnya new window, pengguna hanya akan menemukan tombol back yang disable dan akan membuatnya bingung sebelum menyadari bahwa halaman yang sebelumnya ada di window yang berbeda.
Memunculkan browser new window (mengutip Nielsen) bagaikan seorang salesman alat penghisap debu yang menuangkan kotoran ke karpet rumah kita sebelum mulai mendemokan dagangannya tersebut. Kata Nielsen, “Don't pollute my screen with any more windows, thanks. If I want a new window, I will open it myself!” Developer berpikir keras untuk membuat pengguna tetap berada pada halaman web mereka namun developer sering mengesampingkan ketidaknyamanan pengguna ketika aplikasi “mengambil alih kontrol sistem”. Memunculkan window baru adalah hak penuh pengguna karena hal tersebut melibatkan entitas lain di luar system web yang dibangun.
Saya sangat menyarankan untuk tidak menggunakan link yang akan memunculkan window baru, gunakanlah page navigation yang standar. Kalau kita takut user berpindah dari web kita, mari kita lakukan dengan cara yang lebih elit: buat konten yang menarik sehingga user akan selalu datang ke web kita. Atau cara yang paling sederhana: Munculkan tab baru saja lah..
0 comments:
Post a Comment